10 Kesalahan Umum Artist dalam Menggambar dan Cara Mengatasinya

Kesalahan-kesalahan para Artist dalam menggambar

Menggambar itu asyik. Tapi menggambar dengan benar?

Nah, itu butuh perjuangan. Apalagi buat yang lagi belajar gambar secara otodidak, pasti sering ngerasain, “Kok gambarku jelek banget sih” Tenang, kalian nggak sendiri, soalnya saya juga.

Bahkan para ilustrator yang sekarang jago juga pernah ngerasa kayak gitu. Jadi nggak perlu terlalu minder, karena setiap seniman pasti pernah salah jalan dan itu wajar.

Masalahnya, kesalahan-kesalahan kecil ini kadang nggak kelihatan. Misalnya kita ngerasa udah latihan tiap hari, tapi skill-nya segitu-gitu aja. Bisa jadi kita tuh ngelakuin kesalahan yang itu-itu lagi.

Baca Juga: Kenapa Karakter Tsundere Disukai Banyak Wibu? Ini Alasannya!

Dan kalau dibiarkan, bisa-bisa jadi kebiasaan yang susah diubah. Makanya, di artikel ini, kita bakal kupas tuntas sepuluh kesalahan umum yang sering banget dilakukan saat menggambar, plus cara ngatasinnya biar kalian bisa naik level dari corat-coret iseng langsung jadi sepuh.

Yuk, simak baik-baik dan catat kalau perlu!

1. Mengabaikan Anatomi dan Proporsi

Kesalahan paling umum, tapi juga paling krusial. Banyak pemula menggambar karakter manusia dengan tangan yang lebih panjang dari kaki, atau kepala sebesar galon air. Oke, kalau itu jadi style khas kalian sih sah-sah aja. Tapi kalau pengin gambar lebih realistis atau semi-realistik, anatomi itu wajib hukumnya.

Solusinya? Latihan gesture drawing dan belajar dari referensi nyata. Jangan malas buka buku anatomi atau lihat foto model. Bahkan belajar dari sketsa Leonardo da Vinci juga nggak dosa kok. Pakai guideline seperti garis tengah wajah, ukuran bahu, panjang tangan, biar gambar kalian nggak miring-miring kayak rumah habis gempa.

Baca Juga: Sering Keliru? Ini Perbedaan Redraw dan Fanart dalam Dunia Ilustrasi

Kalau kamu sudah mulai ngerti proporsi dasar, coba deh tantang diri kamu untuk gambar dari berbagai angle: atas, bawah, miring. Ini bakal ngebantu kamu memahami bentuk tubuh secara tiga dimensi, bukan cuma tempelan dua dimensi aja.

2. Terlalu Fokus ke Detail Sejak Awal

Sering banget kejadian, baru gambar setengah mata, udah diarsir kayak lukisan Renaissance. Padahal badan karakter belum jadi, pose-nya belum beres, dan komposisi masih kosong. Hasil akhirnya? Wajah super detil tapi badannya ngambang.

Langkah pertama yang harus dilakukan itu blocking atau menyusun bentuk besar dulu. Gambar pose kasar, posisi kepala, badan, dan tangan, baru deh pelan-pelan masuk ke detail. Ini penting banget buat memastikan proporsinya pas dan komposisinya enak dilihat.

Ibarat masak, kalian nggak mungkin langsung kasih garam ke satu sudut panci tanpa masukin bahan lainnya dulu. Nah, menggambar juga gitu. Mulai dari kasar dulu, baru halus belakangan.

3. Jarang atau Malas Pakai Referensi

Merasa gambar dari imajinasi itu lebih “keren” dan “murni”? Eits, jangan salah kaprah dulu. Referensi itu bukan contekan, tapi panduan. Bahkan seniman profesional pakai referensi tiap hari, apalagi kita yang masih belajar.

Baca Juga: 10 Aplikasi Menggambar Terbaik di HP Android dan iOS, Gratis dan Ringan!

Nggak usah gengsi buat buka Pinterest, ambil foto sendiri, atau ngaca sambil gambar ekspresi wajah. Referensi bisa bikin gambar kalian jauh lebih akurat dan nggak ngawur. Misalnya, kita lagi pengin gambar kucing ngambek. Kalau kalian cuma ngandelin ingatan, hasilnya ya bisa jadi malah mirip berang-berang.

Dengan referensi, kita jadi tahu bentuk sebenarnya dari objek yang digambar. Ini juga bisa memperkaya visual library kita. Jadi makin sering pakai referensi, makin cepat juga kita bisa gambar dari imajinasi.

4. Takut Eksperimen Gaya dan Warna

Banyak seniman pemula yang terjebak di satu gaya atau warna karena “takut jelek” atau “takut nggak dapet likes di Instagram”. Padahal, eksperimen itu penting banget buat perkembangan skill.

Coba sesekali keluar dari zona nyaman. Misalnya, kita biasa gambar anime style? Sekali-sekali coba gaya semi-realistis atau kartun barat. Atau kamu biasa pakai warna pastel? Coba main warna kontras atau palet yang lebih bold.

Eksperimen memang kadang hasilnya bikin pengen ngumpet di balik bantal, tapi dari situlah kita tuh belajar. Setiap karya yang jelek itu sebenarnya pelajaran berharga yang bikin kita makin paham arah style sendiri.

Baca Juga: 5 Website Terbaik untuk Cari Referensi Gesture dan Pose Gambar, Illustrator Wajib Tahu!

5. Nggak Paham Shading & Lighting

Shade atau bayangan itu bukan cuma sekadar 'gelapin sebelah kiri'. Banyak pemula yang masih asal kasih shadow tanpa mikirin sumber cahaya. 

Akibatnya, gambar kelihatan datar dan nggak punya volume. Pahami dulu arah cahaya utama (key light), dan bagaimana itu memengaruhi bentuk objek. 

Cahaya dari atas beda hasilnya sama cahaya dari samping. Dan jangan lupa ada yang namanya ambient light atau bounce light juga.

Coba pelajari dari foto atau patung, kalau perlu coba perhatiin langsung mbak-mbak atau mas-mas di jalanan buat latihan nentuin berbagai pencahayaan. Semakin kalian ngerti cahaya dan bayangan, gambarnya bakal makin terasa lebih 'hidup'.

6. Gak Konsisten Latihan

Gambar sekali seminggu lalu berharap jago kayak pelukis Renaissance? Bisa sih, kalau kita ini hidup 500-1000 tahun kayak Frieren, si Elf. Nyatanya, kemampuan menggambar itu kayak otot, makin sering dipake, ya makin kuat.

Tapi bukan berarti kita harus gambar 10 jam sehari sampai burnout. Yang penting itu konsisten. Lebih baik gambar 30 menit tiap hari daripada 5 jam seminggu sekali. Dengan rutin, kita bakal lebih cepat menyadari progres dan kelemahan.

Biar lebih semangat, coba bikin challenge pribadi, misalnya, 30 hari gesture drawing, atau gambar karakter favorit setiap hari. Bonusnya, feed Instagram juga bakal terisi.

Baca Juga: Cara Memulai Karier Sebagai Ilustrator Freelance di Indonesia

7. Lupa Mikirin Komposisi

Komposisi itu kayak panggung buat karakter kita atau OC kita tampil. Tapi sayangnya, banyak pemula yang asal tempel objek di tengah canvas, tanpa mikir visual flow, keseimbangan, atau titik fokus.

Pakai aturan dasar komposisi seperti rule of thirds, leading lines, atau framing. Coba juga pikirin negative space, sebuah ruang kosong yang bisa bikin gambar kita lebih hidup dan enak dilihat.

Komposisi yang baik bisa bikin gambar sederhana jadi terlihat profesional. Bahkan ilustrasi minimalis bisa jadi menarik kalau penempatan elemen visualnya tepat.

8. Terlalu Bergantung pada Tools

Digital art itu menyenangkan karena banyak fitur keren kayak CTRL+Z (undo), layers, transform, dan sebagainya. Tapi kalau terlalu bergantung sama tools, kita bisa jadi kurang berkembang secara teknis.

Misalnya, kalian pakai stabilizer tinggi banget biar garis halus. Tapi pas disuruh gambar di kertas, lining kita jadi keriting semua. Atau terlalu sering pakai fill tool, sampai lupa gimana sih caranya shading manual.

Coba sesekali tantang diri buat pakai brush basic tanpa efek tambahan, atau latihan sketching manual. Skill dasar itu penting, bahkan di era digital.

9. Tidak Menerima Kritik dan Masukan

Ini masalah mental yang kadang lebih berat dari sekadar teknik. Banyak yang terlalu defensif kalau dikritik, atau malah down dan berhenti gambar. Padahal kritik itu penting buat berkembang.

Kritik bukan berarti gambar kita jelek, tapi peluang buat melihat dari perspektif lain. Pilih kritik yang membangun, bukan yang nyinyir. Dan jangan sungkan buat tanya pendapat dari orang yang lebih berpengalaman.

Bikin komunitas atau cari mentor juga bisa membantu. Kadang, satu saran kecil dari orang lain bisa bikin skill kamu naik drastis.

Baca Juga: Kurban Kok Perasaan?

10. Takut Memulai Proyek Sendiri

Kalian udah belajar anatomi, shading, gaya, semua teknik dasar. Tapi selalu ragu buat mulai proyek komik, ilustrasi cerita, atau artbook. Alasannya biasanya “Belum siap”, “Nanti kalau jelek gimana?”

Gaiss, nggak bakal ada yang benar-benar siap. Mulai aja dulu. Proyek pribadi itu bukan cuma latihan, tapi juga cara terbaik buat nemuin jati diri kita sebagai artist. Dari situ kita bisa bangun portofolio, bahkan mungkin dapet klien!

Yang penting, jangan takut gagal. Lebih baik gagal sambil jalan, daripada nggak kemana-mana karena terlalu mikir.

Menggambar itu bukan soal siapa paling jago, tapi siapa yang paling tahan belajar. Kesalahan adalah bagian dari perjalanan, dan tiap kesalahan itu sebenarnya peta menuju level berikutnya.

Jadi, jangan insecure. Terus latihan, coba hal baru, dan nikmati prosesnya.

Posting Komentar

Mohon bijak dalam berkomentar. Jangan lupa gunakan nama di komentar agar lebih nyaman saling balas.