Tapi anehnya, justru karakter-karakter kayak gini yang sering jadi favorit. Dari zaman Taiga Aisaka (Toradora!), sampai Kaguya Shinomiya (Kaguya-sama: Love is War), mereka semua bikin kita kayak orang gla yang senyum-senyum sendiri di depan layar.
Kenapa bisa begitu? Mari kita kulik bareng-bareng.
1. Emosi Mereka Naik-Turun Kayak Roller Coaster
Kalau beberapa karakter biasanya udah ada yang manis dari awal, nah tsundere ini beda. Mereka kayak... ogah tapi pengen, benci tapi rindu.
Dari situ, penonton jadi diajak muter-muter dalam emosi yang nggak stabil tapi justru seru. Dari kesel, jadi simpati. Dari jengkel, jadi gemes.
Perjalanan mereka dari “nggak suka” jadi “nggak bisa hidup tanpa kamu” itu bukan cuma lucu, tapi juga bikin penasaran.
Kita jadi pengen tahu, “Kapan nih dia luluh? Kapan ngaku perasaan sebenarnya?” Dan saat momen itu datang, boom- semuanya terasa lebih manis dari teh botol habis puasa.
2. Mereka Nggak Sok Sempurna, Terlihat Manusiawi
Tsundere itu punya kekurangan. Mereka jutek, keras kepala, kadang nggak tahu cara nyampein perasaan.
Tapi justru dari situ kita bisa lihat sisi rapuh yang tersembunyi. Dan hei, bukankah kita semua juga gitu?
Siapa sih yang nggak pernah pura-pura cuek padahal peduli setengah mati? Siapa yang nggak pernah ngomel biar diperhatiin?
Tsundere itu bukan sekadar karakter anime. Mereka representasi dari bagian diri kita yang sulit banget ngungkapin cinta.
3. Bikin Cerita Nggak Garing-Garing Amat
Coba bayangin anime tanpa tsundere. Semua karakter langsung to the point, saling suka, jadian, tamat.
Mana serunya? Nggak ada konflik, nggak ada greget, nggak ada yang bikin kita lempar bantal karena gemas liat mereka gengsi setengah mati.
Karakter tsundere ini ibarat bumbu sambal di nasi goreng. Tanpanya, hambar. Mereka jadi pemicu konflik, sumber komedi, bahkan pemantik momen paling emosional dalam cerita.
Dan kita suka itu. Kita suka melihat orang yang keras kepala akhirnya luluh karena cinta. Soalnya diam-diam kita pengin kayak gitu juga.
4. Karena Mereka Udah Jadi Bagian dari “Budaya Wibu”
Tsundere itu udah kayak ikon nasional di anime. Nggak ada anime harem atau romance tanpa minimal satu tsundere.
Mereka eksis di tiap generasi, dari Louise (Zero no Tsukaima), Misaka Mikoto (Railgun), sampe Marin Kitagawa yang walau nggak tsundere full, kadang ada “tsun”-nya dikit.
Di forum wibu, tsundere itu kayak agama. Ada yang fanatik banget, ada yang anti banget. Tapi yang jelas, mereka selalu diperbincangkan.
Selalu masuk polling karakter favorit. Dan selalu jadi bahan meme, fanart, sampe body pillow.
5. Ada Development Character
Di awal, tsundere mungkin menyebalkan. Tapi kita tahu, mereka akan berkembang. Dan perkembangan karakter ini yang bikin penonton betah.
Karena dari karakter yang dingin, mereka belajar mencintai. Dari yang gengsi, jadi jujur. Dan kita semua tanpa sadar, suka banget lihat orang tumbuh jadi lebih baik.
Saat mereka akhirnya bilang, “aku suka kamu” meski sambil mukanya merah padam dan suara kecil kayak bisikan jin di pasar malam itu adalah momen emas.
Kita ikut lega. Ikut bahagia. Seolah-olah kita udah nemenin perjalanan mereka dari awal.
Jadi, kenapa karakter tsundere disukai? Karena mereka itu kita. Atau setidaknya, kita yang sedang berusaha mencintai tapi nggak tahu caranya.
Mereka ngambek karena nggak diperhatiin. Mereka marah karena peduli. Dan mereka gengsi karena takut ditolak. Sounds familiar?
Posting Komentar